Informasi Umum SNMPTN 2013

images (2)Berikut ini merupakan buku panduan Seleksi Nasional Masuk Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tahun 2013. Dalam buku panduan ini memuat ketentuan umum dan persyaratan, tata cara mengikuti SNMPTN, jadwal SNMPTN, program studi dan jumlah pilihan, biaya pendaftaran, prinsip dan mekanisme seleksi, laman resmi dan alamat panitia pelaksana, daftar PTN SNMPTN 2013, alamat call center SNMPTN 2013, dan sebagai tambahan: pola penerimaan SNMPTN 2013 dan portofolio bidang ilmu seni dan keolahragaan.

Buku panduan SNMPTN 2013 ini disusun sesuai dengan semua informasi yang ada pada laman resmi SNMPTN 2013.

Semoga bermanfaat.

Sumber: http://yos3prens.wordpress.com

Lesson Study and Realistic Mathematics Education: A Conceptual Overview

Along with language, mathematics has always been at the core of education in all civilized societies. In the school context, as Latterell (2005) said that most students (and many adults) view mathematicians, and even students who are good in mathematics, as probably smart, but socially inept. Being good in mathematics is not something many students strive to be.

Mathematics education researchers try to offer solutions for this case and other problems in the teaching and learning mathematics. In fact, mathematics education is not just simply a discipline or a body of knowledge, but much more than that, it comprises things that people do. Now the didactics and the design of mathematics education become more and more develop. The focus is on theory of mathematics education. This paper explains a comparison between two approaches in mathematics education.

Lesson Study

Lesson study is a collaboration-based teacher professional development approach that originated in Japan (Murata, 2011). Lesson study gain an international attention in the past decade and in 2002 it was one of the foci for the Ninth Conference of International Congress on Mathematics Education (ICME) held by International Commission on Mathematical Instruction (ICMI). Began in the late 19th century in Japan, lesson study refers to a process in which teachers progressively strive to improve their teaching methods by working with other teachers to examine and critique one another’s teaching techniques.

Read the rest of this entry

Hans Freudenthal: Matematikawan di Dunia Pendidikan

Hans Freudenthal? Siapa dia? Mungkin banyak orang, khususnya di Indonesia yang tidak mengenal atau bahkan belum pernah mendengar nama ini. Berdasarkan asumsi ini, saya mencoba membuat tulisan tentang beliau, yang dalam pandangan saya adalah seseorang yang pantas mendapat gelar the real mathematics educator. Bagi saya, mengenal sosok Hans Freudenthal dan menelusuri jejak langkah dan semangatnya dalam pengembangan pendidikan matematika adalah sebuah kewajiban, khususnya bagi kalangan pendidik dan pengajar matematika di seluruh dunia. Matematikawan, penemu dan sekaligus pelopor gerakan baru dalam dunia pendidikan matematika ini dikenal baik di kalangan matematikawan dunia hingga namanya diabadikan di sebuat institut tempatnya meneliti di Belanda dengan nama Freudenthal Institute, Utrecht University. Selain itu, nama Hans Freudenthal juga menjadi nama sebuah medali dan penghargaan dibidang pendidikan matematika yakni Hans Freudenthal Award, yang diberikan kepada pendidik matematika yang meneliti pengembangan di bidang pendidikan matematika selama bertahun-tahun dan memberikan kontribusi penting di bidang tersebut. Penghargaan ini diberikan oleh ICMI (International Commission on Mathematical Instruction) di dalam sebuah kongres internasional yang dikenal dengan nama ICME (International Congress on Mathematics Education). Orang pertama yang menerima penghargaan ini adalah Celia Hoyles, seorang pakar pendidikan matematika dan profesor di Institute of Education, University of London, United Kindom. Mau tahu lebih jauh siapa sosok Hans Freudenthal dan apa saja karya yang telah dibuatnya? Berikut penjelasannya:

Read the rest of this entry

A Summary of Designing A Mathematics Curriculum by Lee Peng Yee

INTRODUCTION

The development of curriculum in Indonesia has changed many times through the ages. Relating to the issue of mathematics curriculum reform, the government of Indonesia has implemented at least six different mathematics curriculums since the 1970s. These curriculum reforms are Curriculum before 1975, curriculum 1975, curriculum 1984, curriculum 1994, curriculum 1994 revised and Competence based curriculum. Generally speaking, curriculum is defined as the package of a syllabus together with the implementation tools such as textbooks and other resource materials for teacher training. In Indonesian context, although the mathematics syllabus did not change, the mathematics curriculum has changed by the movement of PMRI. Normally, the next interested topic is the design of mathematics curriculum embracing PMRI.

The discussion in this summary was based upon Lee Peng Yee’s article with the same title. The summary covers several important factors in designing curriculum, some practices and the most recent trends.

Read the rest of this entry

Pendaftaran Beasiswa S2 IMPoME 2012

Pendaftaran beasiswa IMPoME untuk periode 2012 telah dibuka, dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Mengisi aplication form dengan lengkap, download di sini: stuned_form_impome_2012

2. Mengisi CV dengan lengkap,  download di sini: cv-form-neso_2012

3. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

4. Pas Photo 4 x6 (1 lembar)

5. Ijazah S1

6. Transkrip nilai dengan nilai IPK minimal 3, 00

7. Sertifikat TOEFL dengan score minimal 500

8. SK CTAB (Surat Keputusan Calon Tenaga Akademik Baru) dari Rektor

Persyaratan di atas dibuat dengan ramgkap 3 ( 1 asli, 2 fotokopi) menggunakan kertas A4 di bundel berdasarkan nomer urut di atas dan di jilid menggunakan plastik mika warna putih (bening).

Mohon tidak melampirkan dokumen yang tidak kami cantumkan di atas.

Semua berkas harap dikirimkan ke:

Martha Metrica, S.E

PMRI – PPPPTK IPA Bandung

Jalan Diponegoro No.12

Bandung

Telp/Fax: 022-4213950/022 -4213949

Paling lambat tanggal 31 Desember 2011, berkas sudah kami terima.

Terima kasih.

International Youth Forum (IYF) 2011, Indonesia

Here, some sources that might help you to follow the forum…

Invitation Letter and Administrative Arrangement

Proposal IYF2011

Reccomendation Letter of Tana Toraja Regional Government

Visa Information

IYF 2011 Application Form

for further information, contact this email address: iyf2011committee@gmail.com

The Support of Big Ideas toward Mathematical Strategies

A. Introduction
Addition and subtraction problems potentially create many strategies for children to solve. The strategies which can be used are, for example, adding on or counting up, counting back, splitting, removing, taking away, etc. The use of strategy by students depends on the numbers which are available in contexts or questions. Moreover, it is mainly influenced by the understanding of students toward the mathematical idea behind the contexts. When talking about contexts of subtraction, there are mostly three kinds of them which often appear in classroom: subtraction in the form of distance or difference, removal, and comparison. The three kinds of them are categorized as mathematical ideas that students are expected to grasp. In this report I will make report and use the examples in the video Addition and Subtraction Minilessons, Grade pre-3. In the video, Michael Galland, as a teacher and his students are involved in discussion of addition and subtraction problems. The students use many different strategies of some problems which are given by Michael. Read the rest of this entry

Mengobservasi Math Day di Sekolah de Fakkel

Math day adalah hari khusus di negeri Belanda di mana berbagai sekolah melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika untuk siswa pada satu hari sekolah. Kegiatan pembelajaran matematika pada math day ini mencakup permainan sederhana yang berkaitan dengan matematika. Pada tanggal 13 April 2011, saya beserta rekan-rekan dari mahasiswa Universitas Utrecht jurusan pendidikan matematika berkesempatan mengobservasi kegiatan pembelajaran di sekolah de Fakkel yang terletak di Nolenslaan, Utrecht. Pada waktu tersebut, saya dan seorang teman saya, Ahmad, mengobservasi kegiatan di 2 kelas yang berbeda tingkatan yakni di kelas 7 dan kelas 8.
Kelas dimulai pada pukul 8.30 pagi waktu setempat dan saya berkesempatan untuk melihat kegiatan pembelajaran di kelas 8. Guru terlebih dahulu memberi pengantar kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan hari itu. 15 menit kemudian, guru dan siswa keluar dari kelas menuju halaman sekolah untuk melakukan suatu kegiatan. Read the rest of this entry

Menyatukan Sejarah ke Dalam Pendidikan Matematika

dikutip dari buku History in Mathematics Education

Pemahaman akan matematika tidak hanya berkenaan dengan penguasaan aksioma, teorema, dan bukti-bukti, melainkan juga proses dalam “melakukan” matematika tidak kalah pentingnya. Proses tersebut bisa meliputi menggunakan heuristik, melakukan kesalahan dalam pengerjaan, ragu, dan menimbulkan miskonsepsi. Proses mengkonstruksi suatu pemahaman matematika dalam hal pendidikan. Sejarah matematika dalam hal ini, merupakan suatu hal yang alami yang bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran matematika oleh guru terhadap siswa. Karena sejarah menunjukkan bahwa bagaimana matematikawan terdahulu melakukan proses pengkonstruksian pengetahuan matematika.

Proses menyatukan sejarah ke dalam pendidikan matematika telah digagas sejak lama. Namun, ada beberapa penolakan akan hal tersebut dikarenakan karena beberapa hal berikut ini:

Dari segi filosofi:

  1. Sejarah bukanlah matematika, apabila guru ingin mengajarkan sejarah, ajarlah terlebih dahulu matematika lalu mengajarkan sejarahnya.
  2. Sejarah matematika bisa membuat siswa bingung dibandingkan memberikan pencerahan dikarenakan kemungkinan penalaran yang digunakan matematikawan terdahulu berbelit-belit.
  3. Mempelajari sejarah memungkinkan siswa mempunyai pemahaman yang tak menentu apabila tidak mempunyai pemahaman yang luas terhadap sejarah itu sendiri
  4. Banyak siswa yang tidak menyukai sejarah dan bisa menyebabkan mereka juga tidak menyukai matematika
  5. Matematika berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan di zaman sekarang, lalu untuk apa melihat ke belakang?
  6. Mempelajari sejarah matematika berpotensi membuat siswa mempunyai sikap chauvinism yang berlebihan.

Dari segi didaktik:

  1. Waktu yang terbatas untuk mengajarkan sejarah ke dalam matematika
  2. Sumber atau referensi yang terbatas pada guru
  3. Kemampuan mengajarkan sejarah pada guru matematika masih kurang
  4. Tidak adanya sistem penilaian yang jelas untuk menilai pemahaman siswa terhadap sejarah matematika

referensi:

John Fauvel and Jan Van Maanen. 2002. History in Mathematics Education. ICMI Study Series

The Observation of Video Young Mathematicians at Work

This video is about Constructing Number sense, Addition, and Subtraction with sub-part Addition and Subtraction Minilessons, Grades PreK-3

The Support of Big Ideas toward Mathematical Strategies

A. Introduction
Addition and subtraction problems potentially create many strategies for children to solve. The strategies which can be used are, for example, adding on or counting up, counting back, splitting, removing, taking away, etc. The use of strategy by students depends on the numbers which are available in contexts or questions. Moreover, it is mainly influenced by the understanding of students toward the mathematical idea behind the contexts. When talking about contexts of subtraction, there are mostly three kinds of them which often appear in classroom: subtraction in the form of distance or difference, removal, and comparison. The three kinds of them are categorized as mathematical ideas that students are expected to grasp. In this report I will make report and use the examples in the video Addition and Subtraction Minilessons, Grade pre-3. In the video, Michael Galland, as a teacher and his students are involved in discussion of addition and subtraction problems. The students use many different strategies of some problems which are given by Michael. Read the rest of this entry